Oleh: Bukhori
Wakil Ketua PW GP Ansor Kalbar
Salah satu kebiasaan mayoritas muslim di Indonesia dalam melaksanakan shalat Tarawih di bulan Ramadhan adalah dengan membaca Surat-surat pendek pada tiap-tiap rakaat, selepas membaca surat al-Fatihah.
Pada dasarnya tidak ada ketentuan baku yang mengatur jenis surat yang harus dibaca pada shalat Tarawih dan Shalat Witir. Walaupun yang lebih utama adalah dengan membaca satu juz al-Qur`an per-Tarawih. Sehingga al-Qur`an dapat dikhatamkan rangkaian shalat Tarawih dan wiitir sepanjang satu bulan Ramadhan. Syekh Ibrahim al-Bājuri menjelaskan dalam Khāsyiyatul Bajûri (juz 1 hal.260):
وَفِعْلُهَا بِالْقُرْآنِ فِيْ جَمِيْعِ الشَّهْرِ بِأَنْ يَقْرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ جُزْأً أَفْضَلُ مِنْ تَكْرِيْرِ سُوْرَةِ الرَّحْمَنِ أَوْ هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ أَوْ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ بَعْدَ كُلِّ سُوْرَةٍ مِنَ التَّكَاثُرِ إِلَى الْمَسَدِّ كَمَا اعْتَادَهُ أَهْلُ مِصْرَ
Pelaksanaan shalat tarawih sebulan penuh (Ramadhan), dengan membaca satu juz pada setiap malamnya lebih utama daripada mengulang surat Ar-Rahman, atau surat ‘hal atā ‘alal insān’ atau surat Al-Ikhlas selepas membaca surat At-Takatsur hingga al-masad, seperti tradisi penduduk Mesir.
Di beberapa wilayah di Indonesia, surat yang lazim dibaca dalam shalat Tarawih secara berurutan adalah dari surat at-Takātsur hingga surat al-Lahab pada tiap rakaat pertama dan surat al-Ikhlas pada tiap rakaat yang kedua. Sedangkan ketika memasuki malam ke 16 hingga akhir Ramadhan, pembacaan surat al-Ikhlas biasanya diganti dengan surat al-Qadar.
Nah… pada kondisi inilah yang lazim ditemukan kesalahan atau setidaknya amaliyah yang kurang ideal. Selama ini, masih banyak ditemui imam Tarawih yang menempatkan pembacaan surat al-Qadar pada masing-masing rakaat kedua, sementara surat at-Takātsur hingga surat al-Lahab dibaca pada tiap rakaat pertama. Pembacaan surat semacam ini tentunya menyalahi urutan surat dalam mushaf (tartîbi suwari al-qur`an). Surat al-Qadar dalam susunan mushaf al-Qur`an menempati urutan yang ke 97, sementara surat at-Takātsur hingga surat al-Lahab adalah surat yang ke 102 - 111.
Dalam kajian al-Qur`an, pembacaan surat yang menyalahi urutan dalam mushaf semacam ini disebut dengan Tankîs as-Suwar. Para ulama ahli Qur`an yang beranggapan bahwa urutan surat dalam mushaf al-Qur`an sebagai bagian yang bersifat tauqifi/giving (petunjuk langsung dari rasul) sangat menganjurkan untuk meninggalkan Tankîs as-Suwar dan sebaiknya membaca surat-surat al-Qur`an secara tertib, sesuai dengan urutan yang ada.
Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab at-Tibyan (hal. 98)
قال العلماء الاختيار أن يقرأ على ترتيب المصحف فيقرأ الفاتحة ثم البقرة ثم آل عمران ثم ما بعدها على الترتيب وسواء قرأ في الصلاة أو في غيرها حتى قال بعض أصحابنا إذا قرأ في الركعة الأولى سورة قل أعوذ برب الناس يقرأ في الثانية بعد الفاتحة من البقرة
Para ulama menjelaskan idealnya pembacaan surat dalam al-Qur`an itu menyesuaikan dengan urutan yang ada dalam mushaf, Selepas membaca surat al-fatihah, lanjut surat al-Baqarah, kemudian Ali-Imran dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan mushaf, baik pada saat shalat maupun di luar shalat. Bahkan sebagian ashab mengatakan, jika pada rakaat pertama membaca surat an-Nās, maka pada rakaat berikutnya membaca surat al-Baqarah, selepas membaca al-Fatihah.
Ibnu Qudamah al-Maqdisy juga memberikan penjelasan serupa. Beliau menegaskan:
والمستحب أن يقرأ في الركعة الثانية سورة بعد السورة التي قرأها في الركعة الأولى في النظم لأن ذلك هو المنقول عن النبي
Hal yang dianjurkan hendaknya pada saat rakaat kedua membaca surat yang menempati urutan berikutnya dalam susunan mushaf, sebab hal itu langsung diambil dari nabi Muhammad saw.
Syekh Muhammad Abdul `Adzim az-Zarqani dalam Kitab Manāhil al-`Irfān menyatakan bahwa hal ini bukanlah perkara wajib, namun lebih bersifat sebagai kesunnahan yang begitu dianjurkan. Beliau juga mengutip sebuah atsar dari sahabat Abdullah bin Mas`ud, dengan sanad yang shahih:
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أنه قيل له إن فلانا يقرأ القرآن منكوسا فقال ذلك منكوس القلب) مناهل العرفان - ج 1 / ص 248)
Dari Abdullah bin Mas`ud ra. bahwasanya dikatakan kepada beliau bahwa terdapat seseorang yang membaca al-Qur`an secara mankûs (terbalik/menyalahi urutan mushaf), maka beliau berkata; orang itu hatinya telah terbalik.
Mengacu pada beberapa nukilan di atas, dalam konteks pelaksanaan shalat tarawih, sebaiknya surat al-Qadar tidak ditempatkan pada rakaat kedua, melainkan dibaca pada tiap rakaat yang pertama, sementara surat at-Takātsur hingga surat al-Lahab secara berurutan dibaca pada tiap rakaat yang kedua. Wallahu a`lam
Posting Komentar