Tidur saya agak pulas hari itu setelah lembur mengerjakan pesanan di percetakan yang saya kelola. Start tidur sekitar jam 03.00 dini hari, baru bangun sekitar jam 5 sore. Pulas banget hingga subuh dan dzuhur pun terlewatkan. Tapi tetap ada dalilnya, tidur merupakan bagian uzur. Tak perlu dalil lagi.
Berjumpa pada satu pesan dari nomor yang belum saya simpan namanya. Setelah saya scrool ke atas, ternyata dari Sahabat Syukur, asal Batu Nanta, Kabupaten Melawi. Ia mengabarkan sedang berada di Pontianak.
Selain aktif di NU dan Banser, Sahabat Syukur merupakan wirausaha, memiliki kebun dan biasa jual beli motor dan mobil.
Tidak ada agenda wajib malam itu, pilihannya hanya dua, ngopi sambil mengerjakan desain pesanan customer, atau ke Sekretariat Ansor Kalbar mengerjakan beberapa berkas.
Saya membalas singkat pesan Sahabat Syukur sambil membalas pesan yang lain. Ia mengabarkan berada di Pontianak dan besoknya akan terbang ke Jawa untuk menjenguk anaknya di Wonosobo yang lagi nyantri.
Sesibuk apapun, biasanya saya akan menemui sahabat-sahabat dari luar Pontianak yang datang ke Pontianak kalau mereka mengabarkan. Walaupun sejenak. Karena, bersama mereka belum tentu bisa dilakukan seminggu atau sebulan sekali. Butuh waktu yang tak bisa diperkirakan.
Benar saja, Sahabat Syukur mengajak ketemu sekedar untuk ngopi atau makan. Saya menanyakan posisinya, kemudian ia mengirimkan lokasi via whatsapp. Setelah saya cek ternyata berada di Jalan Adisucipto, Sungai Raya dekat Bandara Supadio. Lumayan jauh dari rumah untuk ke tempat itu.
Saya ajak ngopi ketemu di sekitaran kota saja. Lepas maghrib saya pesankan ojek online dari lokasi Sahabat Syukur. Saya arahkan menuju ke Rumah Toleransi Ansor Kalimantan Barat di Jalan Tanjung Raya 2. Biaya ojeknya 32 ribu. Saya tak mikirkan itu, biar Pak Syukur yang mikirkan ongkos ojeknya.
Setelah saya memastikan ia naik ojek, saya bergegas bergeser ke Sekretariat Ansor Kalbar. Sempat mengerjakan beberapa berkas di sana, akhirnya Pak Syukur pun sampai.
Kami berbincang soal Ansor di ruang kesekretariatan hingga Diklatsar yang akan dilaksanakan di Belonsat, Melawi tanggal 22 Desember nanti.
Bagaimana menata organisasi dan bagaimana membangun ekonomi organisasi. Salah satu yang kami berdua sepakati dalam obrolan santai tersebut, adalah mengumpulkan kader Ansor militant. Militan dalam barisan dan militant dalam perekonomian.
Saya berpandangan, kader yang mapan dalam ekonomi bisa dikumpulkan dalam satu barisan bayangan bagaimana bersama-sama berkontribusi membangun ekonomi organisasi secara perlahan. Ialah dengan berkontribusi Rp 30.000 per kader dalam setiap bulan yang dikumpulkan ke rekening organisasi. Pak Syukur pun setuju dan menyatakan siap bergabung.
Kami terus berdiskusi, tengah asyik diskusi ada motor masuk ke garasi Rumah Toleransi. Ternyata Sahabat Rianto bersama gebetannya. Mereka ngobrol di teras, sedang kami tetap diskusi di dalam.
Agenda rencana ngopi seketika berubah rencana, ada perintah dari Ketua PW GP Ansor Kalimantan Barat, Sahabat Rajuini agar saya mengantar suatu berkas kepada salah satu pengurus yang tinggal di daerah Sungai Jawi, Pontianak.
Saya siap saja, itu perintah pimpinan. Barang yang diminta pun segera saya siapkan ke dalam tas agar tak ketinggalan saat akan keluar. Ngobrol santai pun masih berlanjut bersama Sahabat Syukur. Baru sekitar jam 9 malam saya bergegas keluar. Sebelum perintah ketua datang, rencana awal saya akan mengantar berkas usai saya ngopi dan mengantar Pak Syukur ke penginapannya. Namun entah kenapa, seketika saya berubah rencana. Memilih mengantar berkas dulu ke Sungai Jawi.
Ngeng dengan motor Vixion butut. Pak Syukur tak pakai helm, saya tidak was-was karena sudah agak malam. Gas ke Sungai Jawi sambil mengingat alamat tujuan yang sudah lupa nama gangnya. Yang diingat hanyalah dekat Rumah Makan Melda Sungai Jawi. Minta kirim lokasi tidak dikirimnya, akhirnya saya minta kirim lokasi kepada istri salah satu pengurus di PW GP Ansor Kalbar itu. Ternyata saya masuk di gang benar.
Perut pun terasa lapar, sudah lewat 24 jam perut belum diisi nasi. Rencana ngopi berubah lagi, mengajak Sahabat Syukur makan dulu, walaupun yang pasti bukan saya yang bayar. Hahahaha.
Rumah Makan Melda Sungai Jawi menjadi tujuan, sekalian mengajak pimpinan yang menerima berkas itu untuk makan bersama.
Tanpa janji dan ini bukan kebetulan, namun sudah takdir Tuhan, di Rumah Makan Melda, Sahabat Syukur bertemu kawannya yang merupakan orang dekat Bupati Kabupaten Melawi di rumah makan tersebut. Mereka berbincang sejenak dan kemudian kami satu meja. Perbincangan mereka tak jauh dari soal Melawi. Temannya Sahabat Syukur juga menyampaikan bahwa Sahabat Epiyantono yang akan dilantik sebagai Kepala Desa Tanjung Sari juga sedang berada di Pontianak.
Saya minta Sahabat Syukur untuk menghubungi agar diajak ngopi bersama, namun ia meminta saya yang menghubunginya.
Sahabat Epiyantono merupakan salah satu Kader Banser Kabupaten di Kabupaten Melawi. Ia sukses terpilih menjadi kepala desa pada pemilihan beberapa bulan lalu.
Ah makin bukan kebetulan. Rencana ngopi pun berubah dari yang sebelumnya saya rencanakan di kawasan kota. Saya menghubungi Epiyantono via whatsapp yang nomornya sudah dikirim Sahabat Syukur.
To the point saja, posisi lagi dimana. Tak lama kemudian ia menelpon dan mengenalkan diri. Karena saya memang belum pernah bertemu dengan Sahabat Epiyantono. Bla blab la bla saya sampaikan. Ternyata ia ada di Jalan Haji Muksin II, Jalan Atreri Supadio. Ah ada di kawasan Kubu Raya. Satu arah dengan penginapan Sahabat Syukur.
Ia kirim lokasi via whatsapp, saya cek di sekitar lokasi tersebut tak ada warung kopi. Kemudian saya arahkan ngopi dan ketemu di Café Bunderan, dekar bundaran Transmart Kubu Raya.
Tak lama berselang, kami bergegas akan meninggalkan rumah makan. Melambai tenang dengan perut kenyang keluar setelah menghabiskan dua porsi nasi. Biar Sahabat Syukur yang membereskan. Ternyata, sebelum Sahabat Syukur membereskan ongkos makan, eh sudah dibereskan lebih dulu oleh teman dekatnya Pak Bupati Melawi.
Saya ketawa saja, rejeki memang kadang tiada disangka. Itu salah satu khidmah berteman. Hahahaha.
Melaju ke Café Bundera bersama Sahabat Syukur sekaligus arah antar ia ke penginapan. Ternyata Sahabat Epiyantono sudah sampai lebih dulu di café tersebut dengan mengirim foto ke whatsapp. Sekitar jam setengah sebelas saya sampai di café, langsung ke kasir pesan minum. Kompak kami minum coffee latte di sana, sepupu Epiyantono yang ikut menemaninya memesan cappuccino dingin.
Kasir mengatakan bahwa café akan tutup pukul 11 malam. Punya waktu sekitar 30 menit untuk sekedar silaturahmi dan berbincang dengan orang Melawi yang ngopinya di Pontianak ini.
Epiyantono mengatakan kalau ia sedang ada hajatan pernikahan keluarganya di Pontianak. Tanggal 19 Desember nanti akan kembali ke Melawi, dan tanggal 22 Desember ia akan dilantik menjadi Kepala Desa Tanjung Sari.
Bla blab la kami ngobrol soal organisasi dan kondisi kekinian, tak terasa waiters di café itu sudah mulai mengemas kursi-kursi dan meja. Kami yang sengaja duduk di meja yang ada di teras tersebut berpikir tidak dikemas, ternyata ikut dikemas dimasukan ke dalam juga. Mungkin menghindari maling ya.
Kami terpaksa menyudahi silaturahim. Sekitar jam 11.20 malam kami meninggalkan café tersebut dan langsung mengantar Sahabat Syukur ke penginapannya di dekat Bandara Supadio.
Sungguh ngopi darat yang bukan kebetulan. Namun silaturahim warga Melawi ini adalah rencana Tuhan yang telah direncanakan. Berbagi rejeki, berbagi pengetahuan, dan mengikat persahabatan kian erat.
Semoga selamat dalam perjalanan Sahabat Syukur yang akan menuju Wonosobo, dan semoga sukses dan amanah memimpin Desa Tanjung Sari kepada Sahabat Epiyantono. Saya di sini hanya bisa mendoakan sembari berharap ada can-can yang bisa diberikan kepada saya. Hahahahahah.
Salam Satu Barisan, Salam Satu Komando. Ber-NU sampai mati. (*)
Posting Komentar