Pimpinan Wilayah

ANSOR KALBAR

ANSOR KALBAR MEDIA, Pontianak - Mengawali cuap-cuap pagi ini, saya akan mengutip sebuah ungkapan almarhum KH. Hasyim Muzadi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2000-2010 yang pernah mengatakan, Indonesia ini tidak kekurangan orang pintar, namun Indonesia kekurangan orang jujur.

Tak kumpul nyawe rasanya bagi saya bila pagi tak diawali dengan segelas air putih, seseruput kopi dan selinting rokok. Bicara air putih, saya biasanya mengawali dengan air hangat, soal kopi, sudah melekat ditenggorokan saya bubuk kopi Aming, pun rokok, masih setia dengan Sampoerna Kretek meskipun kadang harus ekstra kuat menghisap akibat lintingannya terlalu padat.

BACA DI SINI KISAH PEREMPUAN KRETEK

Saat menulis kalam-kalam ini pun saya setia dengan segelas kopi Aming. Pada tanggal 19 Desember lalu, saya berkesempatan berbincang dengan owner Aming Coffe yang kini telah memiliki puluhan cabang di Pontianak. Pastinya pertemuan itu terjadi di Aming Coffe Jalan H. Abbas Pontianak di meja sudut dekat akuarium berisi seekor ikan lohan pengganti arawana yang sudah innalillah.

Kopi Aming bagi saya sudah melekat, bukan sekedar melekats seleranya, namun juga melekat juga para karyawannya di gerai tersebut sejak lebih satu dekade lalu. Hampir seluruhnya kenal dengan saya karena sebab biasa ngutang kopi segelas. Hahahahah.

Kesempatan bertemu dengan bos Aming Coffe, saya diskusi terkait penghargaan yang belum lama diterima oleh perusahaan tersebut. ialah menerima Pajak Award Kategori Pajak Cafe.

Aming Coffe menjadi penyumbang pajak terbesar di kategori tersebut. Penghargaan tersebuyt diberikan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak lewat Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Pontianak melalui pagelaran Pajak Award yang dirangkaikan dengan launching aplikasi e-Ponti dan High Level Meeting (HLM) Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), di Hotel Aston, Jalan Gajah Mada, Jumat 8 Desember 2023 malam.

Sambil menikmati segelas kopi dan Bos Aming mengambil sebatang rokok Sampoerna Kretekku dengan segelas kopi susu gelas kecilnya, saya menguliti sedikit apa yang menjadikan Aming Coffe menjadi penyumbang pajak terbesar untuk kategori cafe. 

Paparnya, Aming Coffe cabang Jalan Putri Candramidi atau Podomoro di tahun 2023 membayar pajak hampir Rp 1 miliar pada pemerintah. Pun gerai lainnya seperti di Hutan Kota juga hampir menyamai meskipun secara grafiknya, masih di bawah Aming Coffee Podomoro.

Aming menerangkan bahwa setiap gerai Aming Coffe transaksinya benar-benar diawasi, sebab dalam setiap transaksi ada 10 persen pajak yang harus diberikan kepada pemerintah. Pada intinya menurut Aming, itu bukanlah pajak dirinya, namun adalah pajak konsumen yang merupakan hak pemerintah untuk didapat melalui resto dan cafe serta unit usaha lainnya.

"Setiap item barang yang dibeli oleh konsumen, di situ ada pajak 10 persen milik pemerintah yang harus disampaikan oleh pemilik usaha. Simpelnya gerai cafe sifatnya hanya perantara saja," ujar Aming.

Sebagai perantara, pemilik usaha mestinya menyampaikan sesuai item transaksi yang terjadi. "Jadi 10 persen itu memang milik pemerintah, itu bukan hak kita. Makanya di setiap Aming Coffee transaksi benar-benar transparan karena berkaitan dengan pajak tadi. Meskipun di Pontianak masih ada aplikasi yang tersambung langsung ke instansi yang menangani pajak tersebut," imbuhnya.

Pembicaraan singkat itu menarik benang merah bagi saya, bahwa perilaku jujur dan transparan adalah menjadi salah satu kunci Aming Coffe menjadi penyumbang pajak tertinggi. 

Kemudian, Aming Coffe dapat memisahkan mana yang menjadi haknya dan hak pemerintah dari setiap item barang yang terjual.

Aming juga tidak keberatan bahkan mendukung sekali pemanfaatan sistem transaksi yang terkoneksi dengan badan terkait untuk kemudahan berikutnya. Misal, ada sistem yang terkoneksi ke aplikasi kasir cafe miliknya yang dapat dipantau langsung oleh pemerintah.

Mendengar cerita Bos Aming, saya mendapat wawasan baru tentang mana yang menjadi hak kita dan mana yang menjadi hak orang lain. Saya sendiri kadang masih sangsi memisahkan hal tersebut yang juga sebagai pelaku usaha meskipun usaha saya tak sebesar Aming Coffe.

Kemudian, apa yang dilakukan Bos Aming selaras dengan kalimat pembuka saya di atas bahwa kejujuran itu yang mesti kita perbanyak. Sebab, pintar tidak jujur salah satu dampaknya ngembat uang negara, pintar dan jujur dampaknya memberikan kontribusi pada peemerintah, asal baik-baik juga pada pemerintah. Hahahahah.

Pintar, jujur, kurang baik, kadang di jaman ini suka di tebang alias pokok tali dalam istilah main layangan.

Wahai generasi-generasi pintar, yuk suburkan kejujuran segala bidang. Agar dunia perkopian tak selalu pahit. Bangsa ini tak hanya butuh kepintaranmu, namun kejujuranmu menjadi pelatuk untuk menjadikan Indonesia bangkit  tentram sentosa damai sejahtera. Salam perkopian tanpa susu. (Ubay KPI)

Subcribe Channel YouTube Ansor Kalbar Klik Disini

Komentar

Lebih baru Lebih lama