Pimpinan Wilayah

ANSOR KALBAR

ANSOR KALBAR MEDIA, Pontianak - Profesor Antropologi Boston University, Robert W Hefner secara terbuka mengakui partisipasi sipil Gerakan Pemuda Ansor dalam mengisi demokrasi Indonesia.

Hal tersebut menurutnya terlihat secara masif kerja-kerja demokrasi yang dilakukan oleh KH. Yahya Cholil Staquf melalui GP Ansor, Bayt ar-Rahmah, dan Humanitarian Islam.

Dikutip dari peradaban.id, Profesor Antropologi Boston University, Robert W Hefner mengatakan melalui ketiga lembaga tersebut, Gus Yahya mencoba memakai fiqih untuk merekonstruksi pesan menghargai non-muslim dan keterikatan masyarakat yang menerangi nilai-nilai modern demokrasi dan persamaan.

Selain Gerakan Pemuda Ansor, kemajuan demokrasi menurut Robert W Hefner tidak terlepas dari peran yang dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah.

“Dua organisasi tersebut juga memantik lahirnya democratic culture atau dalam bahasa Zainal Abidin Bagir sebagai pluralisme kewargaan,” ujar profesor yang sudah 40 tahun meneliti Indonesia itu.

BACA JUGA : Gus Yaqut Ajak Salat Ghaib untuk Syahid Palestina

Pluralisme kewargaan merupakan budaya kewargaan yang tidak terlalu memusingkan etnik, tapi merangkul dan mendorong terbentuknya persamaan kedudukan, hak warga, dan kebebasan.

Selama 40 tahun, Indonesia mengalami peningkatan peran sipil secara umum, dan muslim secara khusus.

“Hal ini dipengaruhi juga oleh kerja normatif yang dilakukan oleh dua organisasi Islam terbesar dalam membangun budaya sipil secara taat,” terangnya.

Perkembangan demokrasi di Indonesia ini, tentu, tidak terlepas dari peran para pemikir modern Islam.

“Para pemikir Islam, pada 1980 seperti Gus Dur, Cak Nur, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi dan lain sebaginya mencoba memaknai pemerintah demokrasi sebagai maslahat,” tandas Hefner. (*)

Subcribe Channel YouTube Ansor Kalbar Klik Disini

Komentar

Lebih baru Lebih lama